“maafin aku ya,,” dia menatapku dalam. Jantungku berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. Dalam hati aku tahu saat-saat seperti ini pasti akan datang. Aku tahu bahwa cepat atau lambat dia pasti akan pergi meninggalkanku.
“sebelum kamu minta maaf pun aku udah maafin kamu kok,,” aku berusaha keras untuk tidak meneteskan air mata. Hatiku perih. Sebenarnya aku bingung mau mengatakan apa saat itu. Nafasku terasa sesak menahan gemuruh air mata yang sedari tadi sudah ingin ku tumpahkan. Karena aku ingat kata-katanya, bahwa dia tidak suka dengan cewek lemah yang gampang nangis alias cengeng. Tapi sekuat apapun awan menahan hujan, ia pasti akan jatuh saat angin kencang meniupnya. Begitupun yaang aku rasakan sekarang, sekuat apapun aku menahan tangis pasti akan jatuh walaupun tidak dihadapan dia.
“apa kamu mau memelukku untuk terakhir sebelum kita berpisah ?” dia bertanya seraya membentangkan kedua tangannya sambil menunggu jawabanku. Kata-katanya terdengar ringan. Ia sama sekali tidak menunjukkan rasa sedih layaknya orang yang akan berpisah. Aku diam. Ku tatap wajahnya yang sedang tersenyum ke arahku. Senyum yang selalu aku sukai, senyum yang selalu akan aku rindukan kehadirannya. Tanganku gemetar saat menyentuh tangannya. Aku mendekatkan tubuhku ke dia. Ku peluk lelaki itu dengan perasaan yang sungguh menyiksaku. Aroma parfum yang berpadu dengan kehangatan tubuhnya itu sangat menyenangkan. Aku berharap waktu berhenti saat itu juga. Aku berharap bahwa aku akan selalu berada dalam peluknya. Menikmati kehangatan yang selama ini begitu aku rindukan. Yang selama ini begitu aku harapkan kehadirannya. Aku melepas pelukannya lalu memegang wajahnya dengan kedua telapak tangan. Kutatap dalam mata lelakiku.
“jaga diri baik-baik ya,,jangan lupa makan,,jaga kesehatan kamu” aku berkata. Kemudian aku mencium keningnya. Air mataku sudah tak bisa ditahan lagi. Ciuman yang aku berikan dikeningnya bercampur dengan air mataku. Ya Tuhan aku sangat mencintainya, sukmaku berteriak.
“kamu juga ya,,” ditatapnya aku dalam-dalam lalu ia mengusap air mataku perlahan “aku gak suka cewe lemah, aku ga suka cewe cengeng, jadi kamu ga usah nangis”
“siapa yang nangis, orang aku kelilipan kok” aku berusaha menghibur perasaanku sendiri. Aku berusaha sebisa mungkin tersenyum “ya udah aku pulang dulu yah,,”
“hati-hati yah,,” . Kalimat terakhir yang ia ucapkan sebelum ia pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar